Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Perairan

    Aktivitas merupakan suatu keaktifan ataupun kegiatan. Sementara, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup secara bersama-sama dan berinteraksi satu sama lain (Putra & Adyatma, 2016). Aktivitas masyarakat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat  yang saling berinteraksi satu sama lain dan hal itu terjadi baik bersifat fisik maupun non fisik. Aktivitas masyarakat dapat terjadi di wilayah dataran rendah, dataran tinggi, pesisir maupun perairan. (Meilinda Suriani Harefa, Aulia Wardani, Triva Ulfami, Rizki Prananta Tarigan 2022). Berikut adalah dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem daratan dan perairan.

Dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem perairan

             A. Dampak positif

1)    Pengembangan Transportasi Air

Pengembangan transportasi air yang ada dilakukan masyarakat Kelurahan Sicanang meliputi penyebrangan untuk para pendatang (wisatawan) yang ingin mengunjungi atau mengelilingi ekosistem perairan mangrove. (Riske, 2005) menyebutkan bahwa pengklasifikasian transportasi air pada dasarnya dikategorikan menjadi dua yakni transportasi laut (ocean transport) dan transportasi air di pedalaman (inland water transport). Lanjutnya, transportasi air di pedalaman merupakan transportasi yang menggunakan jalur sungai, danau, atau kanal sedangkan transportasi laut merupakan transportasi pada samudera,laut, dan pelayaran pantai. Terdapat sarana dan prasarana di dalam transportasi air. Sarana yang dimaksud dalam konteks ini merupakan moda perangkutan yang digunakan yang biasa disebut kapal sedangkan prasarana dalam transportasi air adalah pelabuhan dan jalur air baik yang merupakan bentukan (kanal, waduk, dan embung) maupun alami (lautan/samudera, selat, sungai, danau, dan rawa). Di Indonesia, jalur air lazim digunakan adalah laut dan sungai karena jalan bagi perangkutan air pada umumnya bersifat alami atau telah disediakan oleh alam dan memiliki pola tertentu sesuai dengan proses alamiah sehingga investasi penyelenggaraannya terjangkau oleh masyarakat (Meilinda Suriani Harefa, Aulia Wardani, Triva Ulfami, Rizki Prananta Tarigan 2022)


2)    Potensi tangkapan hasil laut

Perikanan merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan serta pemanfaatan sumber energi ikan serta lingkungannya, mulai dari penciptaan, pengolahan hingga dengan pemasaran yang dilakukan. Fenomena banyaknya masyarakat yang melakukan aktivitas kegiatan perikanan di hutan mangrove Kelurahan Sicanang Belawan menunjukkan dampak positif dari banyaknya mangrove diwilayah tersebut. Ikan menggunakan mangrove sebagai habitat tetap relatif terbatas, namun sejumlah besar ikan dan spesies laut menggunakan mangrove sebagai tempat berkembang biak dan membesarkan anak. Ikan-ikan ini banyak ditangkap nelayan di tepian pantai maupun di lepas pantai dengan nilai ekonomi tinggi. Adapun kegiatan perikanan di sekitar hutan mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang yang dilakukan masyarakat yaitu penangkapan ikan, udang, kepiting, kerang dan rajungan. Nilai mangrove untuk perikanan di suatu wilayah tergantung pada jumlah ikan yang dihasilkan, jumlah ikan yang ditangkap oleh manusia, dan nilai ekonominya sebagai sumber makanan atau melalui mata pencaharian yang mereka dukung. Permintaan ikan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk pesisir dan perekonomian berkembang pesat. (Meilinda Suriani Harefa, Aulia Wardani, Triva Ulfami, Rizki Prananta Tarigan 2022).


3)    Pengembangan Energi Terbarukan

Pengembangan energi terbarukan di perairan, juga dikenal sebagai energi terbarukan di perairan, mencakup penggunaan sumber daya air seperti sungai, sungai, dan lautan untuk menghasilkan energi listrik. Berikut adalah contoh penegmbangan energi terbarukan di perairan:

·       Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PLTA adalah teknologi yang paling umum digunakan untuk menghasilkan energi terbarukan di perairan. PLTA menggunakan aliran sungai atau air dari bendungan untuk menggerakkan turbin, yang kemudian menghasilkan listrik. PLTA memiliki keunggulan berkelanjutan karena dapat menghasilkan listrik secara konsisten dengan bahan bakar yang bersifat terbarukan, yaitu air.

·       Pembangkit Listrik Tenaga Ombak

Energi ombak dihasilkan dari gerakan permukaan laut yang disebabkan oleh angin. Teknologi pembangkit listrik tenaga ombak mengubah energi kinetik ombak menjadi energi listrik. Ini adalah metode yang sedang dikembangkan dan memiliki potensi besar untuk menghasilkan energi terbarukan, terutama di wilayah pesisir yang berhimpitan dengan laut.

·       Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut

Energi pasang surut adalah energi kinetik yang dihasilkan oleh naik dan turunnya air laut secara periodik. Pembangkit listrik tenaga pasang surut menggunakan perbedaan tinggi air pasang surut untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Lokasi dengan pasang surut yang besar, seperti estuari dan teluk yang dalam, memiliki potensi besar untuk pengembangan energi pasang surut.

·       Pembangkit Listrik Tenaga Arus

Energi arus adalah energi kinetik yang dihasilkan oleh aliran air laut yang konstan. Teknologi pembangkit listrik tenaga arus menggunakan turbin bawah air yang ditempatkan di aliran arus laut untuk menghasilkan listrik. Energi arus memiliki potensi besar di wilayah-wilayah dengan arus laut yang kuat.

Pengembangan energi terbarukan di perairan memiliki potensi besar untuk membantu mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Namun, pengembangan ini juga harus dikelola secara bijak untuk meminimalkan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin timbul.

             B. Dampak negatif

1)    Pencemaran air

Pencemaran air yang merupakan sebuah kondisi dimana kualitas air pada suatu kawasan menurun yang disebabkan berbagai hal seperti masuknya komponen asing berupa zat, unsur, ataupun energi lain ke dalam air yang dapat mempengaruhi kualitas air tersebut. Jika suatu air sudah tercemar biasanya akan ditandai dengan berubahnya rasa, warna, hingga bau dari air di kawasan tersebut (Rahma 2021)

Pencemaran air bisa terjadi karena berbagai hal, dimulai dari aktivitas rumah tangga sehari-hari yang menghasilkan limbah, aktivitas industri pabrik, aktivitas peternakan maupun pertanian dan masih banyak lagi (Rahma 2021). Seperti yang terjadi pada ekosistem perairan mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang yang dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat, salah satunya pembuangan limbah domestik, pembuangan sampah di laut, dan tumpahan minyak dilaut. (Meilinda Suriani Harefa, Aulia Wardani, Triva Ulfami, Rizki Prananta Tarigan 2022). Berikut beberapa penyebab terjadinya pencemaran air beserta penjelasannya.

Berbagai hal dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air di suatu kawasan, berikut penyebab-penyebab terjadinya pencemaran air

·       Limbah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga

·       Limbah yang dihasilkan dari aktivitas industri pabrik

·       Limbah yang dihasilkan dari aktivitas pertanian

·       Limbah yang dihasilkan dari aktivitas peternakan dan perikanan

·       Sampah yang dibuang sembarangan

·       Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan

·       Perusakan hutan oleh oknum tidak bertanggung jawab

·       Pertambangan dan Tumpahan Minyak

Berbagai hal dapat timbul dari adanya pencemaran air karena membuat kualitas air di kawasan tersebut memburuk. Seperti yang kita ketahui air merupakan hal primer yang wajib dimiliki oleh semua manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Berikut beberapa dampak dari adanya pencemaran air.

·       Kerusakan ekosistem yang ada di perairan

·       Terjadinya bencana banjir dan juga tanah longsor

·       Biota dan makhluk hidup air mati karena kualitas air memburuk

·       Sumber air bagi manusia dan makhluk hidup lainnya berkurang

·       Gangguan kesehatan karena mengkonsumsi air tersebut

·       Penurunan kualitas lingkungan sekitar

·       Keseimbangan lingkungan yang tadinya terjaga menjadi terganggu

·       Erosi


2)    Overfishing

Overfishing adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan praktik pemburuan ikan yang berlebihan dan mengancam keberlangsungan hidup populasi ikan. Di Indonesia, masalah overfishing menjadi salah satu permasalahan utama bagi pengelolaan sumber daya laut dan ekosistem marin. (Bidfish.id 2022).  Overfishing merupakan sebuah permasalahan dimana jumlah sumber daya laut di suatu area telah semakin menipis, terutama akibat kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan (Harry 2022)

Overfishing terjadi ketika jumlah ikan yang ditangkap secara rutin melebihi tingkat reproduksi alami ikan tersebut, sehingga populasi ikan tidak dapat memulihkan diri dengan cepat atau bahkan dapat mengalami penurunan yang signifikan. Berikut adalah dampak overfishing termasuk:

·       Penurunan Populasi Ikan

Overfishing dapat mengakibatkan penurunan drastis dalam populasi ikan tertentu. Jika penangkapan berlebihan terus berlanjut, populasi ikan tersebut dapat menyusut hingga mencapai tingkat yang tidak dapat mendukung reproduksi yang cukup untuk mempertahankan populasi.

·       Ketidakseimbangan Ekosistem

Penangkapan ikan yang berlebihan dapat mengganggu rantai makanan laut dan keseimbangan ekosistem perairan. Misalnya, jika ikan predator yang penting dalam ekosistem diberangus secara berlebihan, maka spesies mangsa mereka dapat berkembang biak secara berlebihan, mengganggu ekosistem secara keseluruhan.

·       Kerugian Ekonomi

Overfishing dapat mengancam mata pencaharian nelayan dan industri perikanan. Ketika populasi ikan menurun drastis, hasil tangkapan berkurang, dan hal ini dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.

·       Ketidakpastian Keberlanjutan

Overfishing dapat mengancam keberlanjutan sumber daya perikanan. Jika penangkapan ikan berlanjut tanpa pengelolaan yang baik, maka sumber daya perikanan bisa habis, mengancam ketahanan pangan dan ekonomi di masa depan.

Untuk mengatasi masalah overfishing, banyak negara telah mengadopsi praktik-praktik pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Ini termasuk penetapan kuota penangkapan yang berdasarkan pada penelitian ilmiah tentang tingkat reproduksi ikan, pembatasan musim penangkapan, pengawasan penangkapan ikan, dan upaya untuk mempromosikan praktik penangkapan yang ramah lingkungan. Tujuannya adalah untuk menjaga populasi ikan dalam batas yang dapat mendukung reproduksi dan keberlanjutan sumber daya perikanan jangka panjang.


3)    Introduksi spesies asing

Introduksi spesies adalah usaha sadar atau tidak sadar memasukkan suatu jenis hewan atau tumbuhan ke dalam satu habitat yang baru. Masuknya jenis tersebut melalui alat transportasi antar pulau, akibat adanya hobi/kegemaran beberapa orang membawa jenis-jenis baru, ataupun sengaja dibiakkan karena alasan praktis seperti penanganan hama penyakit.

Seperti yang terjadi di di Australia ditemukan katak Toad yang sangat besar (panjang mencapai 40 cm) sehingga disebut "Toadzilla" (meniru istilah monster Godzilla). Katak ini semula didatangkan dari Hawai untuk menangani perkembangan berlebih katak lokal. Ternyata usaha introduksi ini mengancamkeanekaragaman di Australia karena katak lokal habis, katak Toad tetap eksis bahkan berkembang pesat karena tidak ada pemangsa seperti buaya dan ular yang mampu bertahan hidup setelah menyantapnya.


Dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem daratan

             A. Dampak positif

1)    Pengembangan Transportasi daratan

Pengembangan transportasi darat adalah salah satu aspek penting dalam perkembangan perkotaan dan ekonomi suatu negara. Ini mencakup perluasan dan peningkatan infrastruktur jalan raya, jaringan rel, dan sistem transportasi darat lainnya. Meskipun pengembangan ini memiliki manfaat, seperti peningkatan konektivitas dan mobilitas, juga ada dampak yang signifikan terhadap manusia. Berikut adalah beberapa dampak utama pengembangan transportasi darat terhadap manusia:

·       Kemudahan Mobilitas

Pengembangan transportasi darat membantu meningkatkan mobilitas manusia, yang memungkinkan akses lebih mudah ke tempat kerja, pendidikan, layanan kesehatan, dan hiburan. Ini membantu meningkatkan kualitas hidup bagi banyak orang.

·       Pertumbuhan Ekonomi

Infrastruktur transportasi yang baik dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dengan memungkinkan perusahaan untuk mengangkut barang dengan lebih efisien. Ini dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perdagangan antar wilayah.

·       Akses ke Layanan Dasar

Transportasi darat yang memadai dapat memungkinkan akses yang lebih baik ke layanan dasar seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan air bersih. Ini membantu mengurangi ketidaksetaraan akses terhadap layanan tersebut.

·       Pengurangan Kemacetan

Sistem transportasi yang baik dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas dan waktu perjalanan yang panjang, yang pada gilirannya dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan produktivitas.

·       Peningkatan Kualitas Hidup

Dengan meningkatnya mobilitas dan akses ke berbagai layanan, pengembangan transportasi darat dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

Namun, pengembangan transportasi darat juga memiliki dampak negatif yang perlu dipertimbangkan seperti polusi udara, kecelakaan lalu lintas, pencemaran suara, penggunaan lahan dan peningkatan konsumsi bahan bakar.

Pengembangan transportasi darat harus dikelola dengan bijaksana untuk meminimalkan dampak negatifnya dan memaksimalkan manfaatnya bagi masyarakat. Ini termasuk pengembangan transportasi umum yang efisien, promosi transportasi berkelanjutan seperti sepeda dan transportasi umum, serta peningkatan kendaraan berbahan bakar rendah emisi atau non-emisi. Selain itu, perlindungan lingkungan dan keselamatan jalan raya juga harus menjadi fokus utama dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan transportasi darat.


2)    Konservasi

Konservasi adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pengelolaan sumber daya alam, termasuk keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan, untuk menjaga keberlanjutan ekosistem dan lingkungan yang ada. Tujuannya adalah untuk melindungi sumber daya alam dan mencegah kerusakan serta penurunan keanekaragaman hayati. Dampak konservasi sangat signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan lingkungan, seperti berikut

·       Pemeliharaan Keanekaragaman Hayati

Konservasi membantu melindungi spesies-spesies langka dan terancam punah, serta menjaga keanekaragaman hayati di berbagai ekosistem. Ini penting karena keanekaragaman hayati mendukung ekosistem yang sehat dan berfungsi serta memiliki manfaat ekonomi dan ekologis yang besar.

·       Konservasi Sumber Daya

Konservasi membantu menjaga sumber daya alam seperti hutan, perairan, dan tanah subur. Ini penting untuk menjaga ketahanan pangan, air bersih, kayu, dan banyak sumber daya alam lain yang kita butuhkan untuk kelangsungan hidup.

·       Pemeliharaan Ekosistem

Melalui praktik-praktik konservasi, ekosistem alami yang penting dapat dipertahankan. Ini termasuk hutan, lahan basah, terumbu karang, dan lainnya, yang memberikan layanan ekosistem seperti penyediaan air bersih, penyerapan karbon, dan perlindungan terhadap bencana alam.

·       Peningkatan Kualitas Udara dan Air

Dengan menjaga ekosistem yang sehat, konservasi dapat membantu mengurangi polusi udara dan air serta menjaga kualitas udara yang lebih baik dan air yang lebih bersih untuk manusia dan hewan.

·       Pariwisata Ekologi

Area konservasi sering menjadi tujuan wisata ekologi yang populer. Ini memberikan peluang ekonomi lokal dan pendapatan dari pariwisata yang berkelanjutan.

·       Pembelajaran dan Penelitian

Area konservasi menyediakan lokasi ideal untuk penelitian ilmiah dan pendidikan lingkungan. Penelitian ini dapat membantu kita memahami ekosistem dan perubahan lingkungan.


3)    Pengembangan Energi terbarukan

Pengembangan energi terbarukan di daratan melibatkan pemanfaatan sumber daya energi yang berasal dari daratan atau permukaan bumi untuk menghasilkan listrik atau energi panas. Energi terbarukan di daratan merupakan komponen penting dalam upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi fosil dan mengatasi perubahan iklim. Berikut adalah beberapa bentuk pengembangan energi terbarukan di daratan:

·       Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Pembangkit listrik tenaga angin mengkonversi energi kinetik angin menjadi energi listrik melalui penggunaan turbin angin. Turbin-turbin ini biasanya dipasang di perbukitan, padang rumput, atau daerah terbuka lainnya yang memiliki angin yang cukup kuat. Energi angin adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang paling berkembang dan dapat memberikan pasokan listrik yang berkelanjutan.

·       Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit listrik tenaga surya menggunakan panel surya untuk mengubah energi matahari menjadi listrik. Panel surya dapat dipasang di atap bangunan, di tanah, atau di lokasi lain yang menerima sinar matahari yang cukup. Energi surya bersifat bersih dan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.

·       Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa

Biomassa adalah materi organik seperti kayu, jerami, limbah pertanian, dan limbah organik lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi. Biomassa dapat digunakan dalam pembangkit listrik tenaga biomassa atau pembangkit listrik tenaga biogas.

·       Energi Geotermal

Energi geotermal digunakan dengan mengekstrak panas dari dalam bumi untuk menghasilkan listrik atau pemanasan. Sumur-sumur geotermal digali untuk mengalirkan air ke dalam sistem yang menghasilkan uap panas, yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin listrik.

·       Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Energi nuklir, meskipun kontroversial, juga dianggap sebagai sumber energi terbarukan dalam beberapa konteks karena menggunakan reaksi nuklir yang tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca. Namun, perlu memperhatikan isu-isu keselamatan dan pengelolaan limbah nuklir.

Pengembangan energi terbarukan di daratan memiliki banyak manfaat, termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi polusi udara, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang terbatas. Selain itu, energi terbarukan juga dapat menciptakan peluang ekonomi baru dan menghasilkan lapangan kerja di sektor-sektor terkait. Namun, tantangan yang terkait dengan penyimpanan energi, efisiensi teknologi, dan integrasi ke dalam jaringan listrik masih perlu diatasi untuk memaksimalkan potensi energi terbarukan di daratan.

B.    Dampak negatif

1)    Deforestasi

Deforestasi adalah kondisi luas hutan yang mengalami penurunan yang disebabkan oleh konvensi lahan untuk infrastrukur, permukiman, pertanian, pertambangan, dan perkebunan. Perubahan lahan hutan yang menjadi lahan non hutan menyebabkan pemanasan global karena akibat dari kebakaran hutan yang sering terjadi. Deforestasi berkaitan dengan penebangan atau pemba lakan liar yang mengancam seluruh mahluk hidup yang pada umumnya diakibatkan oleh kebakaran hutan yang menyebabkan pemanasan global (Wahyuni and Suranto 2021)

Deforestasi adalah proses penghapusan atau penurunan signifikan luas hutan atau hutan belantara yang terjadi karena aktivitas manusia, seperti penebangan pohon secara masif, pembakaran hutan, atau penggundulan hutan untuk keperluan lain seperti pertanian, perkebunan, pertambangan, pembangunan infrastruktur, dan pemukiman manusia. Deforestasi mengakibatkan kerusakan lingkungan yang serius dan berdampak luas, baik secara lokal maupun global. Berikut adalah beberapa dampak utama dari deforestasi:

·       Hilangnya Habitat

Deforestasi merusak dan menghancurkan habitat alami bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan. Banyak spesies yang bergantung pada hutan untuk tempat hidup, makanan, dan perlindungan, sehingga hilangnya habitat ini dapat menyebabkan kepunahan spesies-spesies tersebut.

·       Kerusakan Keanekaragaman Hayati

Hilangnya hutan juga berarti hilangnya keanekaragaman hayati. Hutan adalah rumah bagi sejumlah besar spesies, termasuk yang belum teridentifikasi, dan deforestasi mengurangi keanekaragaman genetik dan spesies secara keseluruhan.

·       Kehilangan Sumber Daya

Hutan menyediakan berbagai sumber daya alam yang penting, termasuk kayu, hasil hutan non-kayu, tanaman obat-obatan, dan bahan baku berbagai industri. Deforestasi dapat mengurangi ketersediaan sumber daya ini dan merugikan ekonomi.

·       Pencemaran Air dan Tanah

Deforestasi dapat meningkatkan erosi tanah dan mengakibatkan air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah dengan baik. Ini dapat menyebabkan pencemaran air dan penurunan kualitas tanah, yang berdampak negatif pada pertanian dan kehidupan perairan.

·       Ketidakstabilan Lereng

Hutan juga memegang peran penting dalam menjaga stabilitas lereng dan mencegah tanah longsor dan banjir lumpur. Hilangnya hutan dapat meningkatkan risiko bencana alam.

·       Dampak Sosial

Deforestasi juga dapat memiliki dampak sosial yang serius, terutama pada komunitas yang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian dan kehidupan budaya mereka. Ketika hutan hilang, masyarakat yang bergantung pada hutan tersebut dapat mengalami kerugian mata pencaharian dan pemindahan paksa.

Untuk mengatasi masalah deforestasi, banyak upaya konservasi dan pengelolaan hutan telah dilakukan, seperti pengembangan hutan berkelanjutan, penegakan hukum, dan promosi penggunaan alternatif yang lebih berkelanjutan untuk tanah hutan. Penting bagi kita untuk memahami dampak serius dari deforestasi dan berpartisipasi dalam upaya untuk menjaga dan mengembalikan hutan-hutan dunia.


2)    Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Sumber pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda atau bisa dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah.

Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah sakit, gunung berapi yang meletus / kendaraan bermotor dan limbah industri.

Dampak pencemaran tanah dapat sangat merusak, baik terhadap ekosistem maupun kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa dampak utama pencemaran tanah:

·       Kerusakan Kualitas Tanah

Pencemaran tanah dapat merusak kualitas fisik, kimia, dan biologis tanah. Hal ini dapat mengurangi kesuburan tanah, kemampuan untuk mendukung pertumbuhan tanaman, dan keberlanjutan pertanian.

·       Kerusakan Tanaman

Zat-zat beracun atau bahan kimia berbahaya dalam tanah dapat merusak tanaman. Ini dapat mengganggu produksi tanaman pertanian, mengurangi hasil panen, dan mengakibatkan kegagalan tanaman.

·       Kontaminasi Air Tanah

Pencemaran tanah dapat mengakibatkan pencemaran air tanah karena bahan berbahaya dapat merembes ke dalam lapisan air tanah di bawahnya. Ini dapat mengancam pasokan air minum dan kualitas air bawah tanah.

·       Keracunan Tanaman dan Hewan

Pencemaran tanah dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman dan hewan yang mengonsumsi tanaman tersebut. Ini dapat berdampak negatif pada rantai makanan dan keanekaragaman hayati.

·       Pencemaran Udara

Pencemaran tanah juga dapat berkontribusi pada pencemaran udara. Misalnya, bahan kimia yang terperangkap dalam tanah dapat menguap ke udara, meningkatkan polusi udara dalam bentuk uap atau partikel.

·       Kesehatan Manusia

Manusia dapat terpapar oleh bahan berbahaya dalam tanah melalui kontak langsung, seperti saat berkebun atau bermain di tanah yang tercemar, atau melalui konsumsi produk pertanian yang terkontaminasi. Ini dapat mengakibatkan masalah kesehatan serius seperti keracunan dan penyakit.

·       Kerusakan Lingkungan

Pencemaran tanah dapat merusak ekosistem tanah dan mengganggu aktivitas mikroorganisme yang penting untuk proses dekomposisi dan siklus nutrisi. Ini juga dapat merusak ekosistem air tanah yang penting.

·       Kerugian Ekonomi

Pencemaran tanah dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Misalnya, pencemaran tanah di lokasi industri atau pertambangan dapat mengharuskan biaya mahal untuk membersihkannya.

·       Kerusakan Struktur Bangunan

Bahan kimia tertentu yang mencemari tanah dapat merusak struktur bangunan dan infrastruktur yang berada di atasnya. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan dan biaya perbaikan yang signifikan.

Untuk mengatasi pencemaran tanah, penting untuk mengidentifikasi sumber pencemaran, mengelola limbah berbahaya dengan bijaksana, mematuhi peraturan lingkungan, dan melakukan remediasi tanah yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi zat-zat pencemar. Pencegahan pencemaran tanah juga merupakan pendekatan yang lebih baik, termasuk pemantauan ketat aktivitas industri, praktik pertanian berkelanjutan, dan penggunaan bahan kimia yang lebih aman. Upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat sangat penting untuk melindungi kualitas tanah dan kesehatan manusia serta ekosistem yang tergantung padanya.


3)    Pertumbuhan Kota dan pemukiman yang tidak ramah lingkungan

Pertumbuhan kota dan pemukiman yang pesat memiliki sejumlah dampak signifikan bagi ekosistem daratan. Meskipun pertumbuhan kota adalah hasil dari perkembangan ekonomi dan sosial yang positif, dampak negatifnya terhadap lingkungan daratan adalah sebagai berikut:

·       Kehilangan Habitat Alam

Perkembangan kota seringkali mengakibatkan penggundulan hutan, pengurangan lahan basah, dan penghancuran ekosistem alami lainnya. Ini mengakibatkan kehilangan habitat alam bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan, yang seringkali mengakibatkan kepunahan atau penurunan populasi.

·       Fragmentasi Habitat

Pemukiman yang pesat dapat memecah ekosistem daratan menjadi bagian-bagian kecil yang terpisah oleh jalan raya, gedung-gedung, dan infrastruktur kota lainnya. Hal ini mengakibatkan fragmentasi habitat, yang dapat mengisolasi populasi hewan dan tumbuhan, mengurangi kesempatan perkawinan, dan mengurangi keanekaragaman genetik.

·       Pencemaran Udara dan Air

Pertumbuhan kota seringkali meningkatkan polusi udara dan air. Kendaraan bermotor, industri, dan rumah tangga yang padat di perkotaan dapat menghasilkan polusi udara yang mencemari atmosfer dan mengganggu kualitas udara. Selain itu, air permukaan dapat tercemar oleh limbah domestik dan industri, yang mengancam ekosistem air tawar dan organisme yang tinggal di dalamnya.

·       Perubahan Iklim Lokal

Pemukiman yang padat dapat menciptakan efek pulau panas, di mana kota-kota menjadi lebih panas daripada area sekitarnya karena peningkatan konstruksi dan aktivitas manusia. Ini dapat mengubah pola cuaca lokal dan mikro iklim di daerah perkotaan.

·       Kerusakan Tanah dan Erosi

Pengembangan kota yang pesat seringkali melibatkan penggalian tanah, pengurugan, dan perubahan lahan lainnya yang dapat merusak lapisan atas tanah dan menyebabkan erosi tanah yang signifikan.

·       Ketidakseimbangan Ekosistem

Pertumbuhan kota dan pemukiman yang tidak teratur dapat mengubah ekosistem alami secara drastis. Ini dapat mengubah komposisi spesies, mengganggu rantai makanan, dan mengubah interaksi ekologis yang ada.

·       Kesulitan Akses ke Sumber Daya

Pertumbuhan kota yang pesat seringkali berdampak pada ketersediaan sumber daya alam seperti air bersih, tanah subur, dan kayu. Ini dapat mengakibatkan kesulitan akses bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.

·       Kerusakan Kualitas Hidup

            Pemukiman yang padat, polusi, dan masalah-masalah terkait dengan pertumbuhan kota dapat mengurangi kualitas hidup penduduk kota, termasuk masalah kesehatan, stres, dan ketidaknyamanan.


Untuk mengatasi dampak negatif pertumbuhan kota yang pesat bagi ekosistem daratan, penting untuk merencanakan dan mengelola perkembangan perkotaan dengan bijaksana. Ini melibatkan pemilihan lokasi yang tepat untuk pengembangan kota, perlindungan lahan hijau dan habitat alam, penggunaan praktik konstruksi yang berkelanjutan, dan investasi dalam transportasi umum dan infrastruktur yang ramah lingkungan. Selain itu, pendidikan dan kesadaran lingkungan juga penting agar penduduk kota dapat berperan dalam melestarikan ekosistem daratan.



Daftar Pustaka

Bidfish.id. 2022. “Overfishing Di Indonesia.” PT. Yoi Seafood Indonesia. https://bidfish.id/articles/8# (September 21, 2023).

Harry, Angiola. 2022. “Overfishing Dan Over Capacity, Problem Utama Perikanan Dan Kelautan.” maritimefairtrade.org. https://maritimefairtrade.org/overfishing-dan-over-capacity-problem-utama-perikanan-dan-kelautan/.

Meilinda Suriani Harefa, Aulia Wardani, Triva Ulfami, Rizki Prananta Tarigan, M Taufik Rahmadi. 2022. “Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Perairan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang.” 01(2): 9–16.

Rahma. 2021. “Penyebab Pencemaran Air Dan Cara Menanggulanginya.” gramedia.com. https://www.gramedia.com/literasi/penyebab-pencemaran-air-dan-cara-menanggulanginya/ (September 21, 2023).


Terimakasih kepada Anisa Niwanda, Ridha Suyatmika Nainggolan dan Wiji Syahfitri


Komentar