Geologi dan Geomorfologi Pulau Maluku

     Keadaan fisik Kepulauan Maluku

Provinsi Maluku adalah provinsi yang berbentuk kepulauan yang merupakan bagian dari Kepulauan Maluku.  Luas wilayah Provinsi Maluku 712.479 Km2 terdiri dari daratan 54.185 Km2  (7,6%) dan lautan 658.294 Km2  (92,4%), memiliki gugusan pulau sebanyak 395 buah, 83% atau sekitar 331 pulaunya belum berpenghuni. Secara geografis Provinsi Maluku terletak diantara Laut Seram di utara, Samudra Hindia, dan Laut Arafura di selatan. Pada bagian timur, Provinsi Maluku berbatasan dengan Provinsi Papua barat. Sedangkan pada bagian barat, Provinsi Maluku berbatasan dengan Laut Banda. Provinsi Maluku memiliki koordinat geografis 3º 40′ LS– 3º 0′ LU123º 50′ – 129º 50′ BT. Secara Administratif Provinsi Maluku terbagi menjadi 2 Kotamadya dan 9 Kabupaten. Berikut rincian administratif PRovinsi Maluku.

Provinsi Maluku adalah provinsi yang berbentuk kepulauan, secara topografi, Provinsi Maluku memiliki dataran rendah di area pesisir, sedangkan sisanya memiliki topografi perbukitan. Pada segi tutupan lahan, masih banyak area Provinsi Maluku yang berupa hutan, sedangkan area budidaya hanya sedikit dan biasanya terletak di pesisir. Secara geologis, Provinsi Maluku memiliki jenis tanah ummummnya berupa tanah endapan alluvial, dan cukup banyak ditemukan sedimen laut purba, seperti kapur dan koral. Provinsi Maluku memiliki ancaman bencana berupa gempa bumi dan cuaca ekstrim.

 

     Keadaan Geologi Kepulauan Maluku

Karakteristik geologi pulau Maluku ialah bahwa batuan di daerah tersebut merupakan batuan sedimen, metamorf, dan batuan beku yang tersebar hampir merata di setiap gugus pulau. Hal ini karena pulau Maluku terbentuk pada 50-70 juta tahun yang lalu pada periode Neogeon dan Paleoceen. Hal ini juga karena dipengaruhi oleh letak pulau Maluku yang berada diantara lempeng Indo-Australia, Pasifik,  Laut Filipina dan Laut Banda sehingga menimbulkan adanya gunung api baik yang masih aktif atau yang sudah tidak aktif.

      1)    Geologi Maluku Utara

Sebagian besar provinsi Maluku Utara terutama bagian tengah dan utara merupakan daerah pegunungan. Namun secara geologi bukan pegunungan yang seragam, artinya bahan penyusunnya bervariasi. Berdasarkan pendekatan geografis, kesamaan budaya, kecenderungan alam dan orientasi, maka Pulau Maluku dibedakan menjadi 6 (enam) gugus pulau dimana masing-masing gugus memiliki bagian dan variasi geologi serta jenis tanah yang dominan. Berikut sebaran geologi, variasi, dan jenis tanah menurut gugus pulau di Maluku:

Gugus Pulau

Cakupan

Bagian Geologi

Variasi Geologi

Jenis Tanah Dominan

GP. I

Buru, Seram, Ambon Lease, Gorom, Geser.

Batuan Sedimen

 

 

Batuan

Metamorf

Aluvium, gamping terumbu, koral, napal, batu pasir, batu konglomerat, tufa bersusun andesit dan basalt.

 

Filit, skist dan kuarsit.

Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol, rensina, brunizem, dan podsolik.

GP. II

Kep. Kei dan Kep. Kesui

Batuan Sedimen

 

 

Batuan Metamorf

Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu pasir kuarsa dan kapur.

 

 

Filit, skist, kuarsit, granit, grandiorit dan riolit.

Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol, rensina, brunizem, dan podsolik.

 

GP. III

Kep. Aru

Batuan Sedimen

Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu pasir kuarsa dan batu kapur.

Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol, rensina, brunizem, dan podsolik.

GP. IV

Kep. Tanibar, Larat, Waliaru, Selaru, Selu, Sera, dan Molu

Batuan Sedimen

 

 

 

 

Batuan Metamorf dan Beku

Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu pasir kuarsa, batu kapur, koral, granit, grandiorit, dan riolit.

 

 

 

Batuan ultra basa andesit dan diorit

Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol, rensina, brunizem, dan podsolik.

GP. V

Kep. Babar dan Sermata

Batuan Sedimen

 

 

Batuan Metamorf dan Beku

Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu pasir kuarsa, batu kapur, koral, granit, grandiorit, dan riolit.

 

Batuan Metamorf dan Beku

Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol, rensina, brunizem, dan podsolik.

GP. VI

Pulau Damar, Romang, leti, Moa, lakor, Kisar dan Wetar

Batuan Sedimen

 

 

Batuan Metamorf dan Beku

Aluvium, batu gamping terumbu, konglomerat, batu pasir kuarsa, batu kapur, koral, granit, grandiorit, dan riolit.

 

Batuan Metamorf dan Beku

Regosol, alluvial, gleisol, kambisol, litosol, rensina, brunizem, dan podsolik.

Pegunungan yang membujur di Pulau Maluku bagian utara dan timur laut juga berbeda susunan batuannya. Pegunungan di bagian utara umunya didominasi oleh formasi gunungapi (andesit dan batuan beku basalt), sedangkan bagian timur laut didominasi oleh batuan beku asam, basa, ultrabasa, dan batuan sedimen. Di semenanjung utara Maluku ada gunung api aktif dan non-aktif yang di bagian ini tidak ditemukan dataran aluvial. Tetapi saat memasuku kawasan kao, ditemukan dataran aluvial dan vulkanik yang berombak.

Ada kesamaan diantara pulau Morotai dan pulau Maluku bagian utara, dimana kesamaannya adalah sama-sama memiliki gunung-gunung dengan material penyusun batuan sedimen dan beku basa. Hal ini berlainan dengan pulau Maluku bagian selatan, dimana gunung-gunung yang terbentuk umumnya didominasi oleh material sedimentasi batu napal dan batu gamping. Kawasan sepanjang pantai barat Maluku terdapat sejumlah pulau besar dan kecil yakni pulau ternate bagian utara hingga obi bagian selatan, dimana pulau-pulau kecil itu umumnya merupakan daerah vulkanik yang tersusun dari bahan andesit dan beku basaltic.

      2)    Geologi Maluku Selatan

Maluku Selatan merupakan bagian dari pulau Maluku yang tersusun dari endapan laut dangkal yang diperkirakan berumur Pliosen-Plistosen sampai Holosen. Batuan penyusunnya terdiri dari batu gamping, napal, dan endapan alluvium. Formasi batuan penyusun daerah Maluku Selatan dimulai dari yang paling muda ialah:

·       Formasi Manumbai

·       Formasi Wasir

·       Formasi Alluvium

Sejarah terbentuknya Maluku Selatan ialah pada zaman miosen bawah, hal ini dibuktikan dengan pengendapan batu gamping dan napal yang berlangsung sampai zaman miosen tengah. Pada zaman miosen atas hingga pliosen bawah, terjadi pengangkatan yang berakibat zona pengendapan berubah menjadi laut dangkal dengan adanya pengendapan napal dan batu gamping yang termasuk dalam formasi manumbai.

 

Geomorfologi Kepulauan Maluku

          1)    Morfologi Dan Fisiografis Maluku


Kepulauan Maluku adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Indonesia, memiliki panjang 180 kilometer dari utara ke selatan dan lebar 70 kilometer dari barat ke timur. Berdasarkan keadaan geologis dan fisiografisnya dapat dibagi menjadi dua provinsi, yakni Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian timur laut – tenggara. Halmahera bagian barat merupakan provinsi yang tersusun dari busur vulkanik Ternate dan Halmahera Barat, sedangkan Halmahera bagian timur laut – tenggara merupakan provinsi yang tersusun dari melange. Secara garis besarya, Maluku dapat dibagi menjadi dua bagian yakni Maluku Utara dan maluku Selatan. Maluku Utara sebgaian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian sistem Melanesia, sedangkan Maluku Selatan (Busur banda) merupakan suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda..

·       Maluku Utara

Merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau vulkanik dan pulau non vulkanik. Pulau vulkanik menempati bagian barat, yakni Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan pulau non-vulkanik yaitu Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud, dan Pulau Obi.

·       Maluku Selatan

Merupakan Busur Banda, yakni sistem kepulauan yang membentuk busur yang mengelilingi tapal kuda basin Laut Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan dibedakan menjadi busur dalam vulkanik dan busur luar non-vulkanis. Busur dalam vulkanis terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk, dan Kepulauan banda. Sedangkan busur luar non-vulkanis terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan, antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kapulauan Watu Bela, Pulaua Seram, dan Pulau Buru.

Morfologinya hampir sama dengan Pulau Sulawesi yakni memiliki 4 lengan dan bentuknya seperti huruf K, yang membedakan adalah skalanya. Pulau Halmahera memiliki ukuran sepertiga dari Pulau Sulawesi dan luas permukaannya sepersepuluh dari Pulau Sulawesi. Teluk antar lengan dan teluk Kau berada di timur laut, teluk Buli di sebelah timur, dan teluk Weda di sebelah selatan.

Pada dasarnya Kepulauan Maluku ini memiliki topografi yang bergunung dan berbukit, kecuali di pantai sebelah timur di lengan tenggara umumnya adalah daerah banjir. Pegunungan yang ada di Kepulauan Halmahera ini menjulang dari timur laut – barat daya dengan relief yang beraneka, yakni berada pada kisaran 500 meter hingga 1.000 meter. Bukit Solat merupakan pegunungan tertinggi yang menjulang dengan ketinggian 1.508 meter di bagian tengah pulau.

            2)    Tektonik Maluku

Pulau Halmahera dan beberapa pulau-pulau kecil di sekitarnya yang berada di Indonesia bagian Timur merupakan pertemuan 3 (tiga) lempeng yakni lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Samudera Philipina. Bagian utara Halmahera adalah lempeng samudera Philipinayang menunjam ke bagian bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan suaty konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian barat pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double Arc System yang dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat dan non-vulkanik di lengan timur.

Secara geologi dan tektonik Halmahera sangat unik, hal ini karena pulau Halmahera terbentuk melalui pertemuan 3 (tiga) lempeng besar yakni Eurasia, pasifik, dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman kapur. Halmahera bagian selatan menunjukkan pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat yang bersamaan dengan lempeng Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklinal dan antiklinal terlihat jelas pada Formasi Weda yang berumur Miosen Tengah hingga Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timur Laut-Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara.

Struktur sesar yang sering terjadi adalah sesar normal dan sesar naik, umunya berarah Utara-Selatan dan Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik di Pulau halmahera sudah terjadi sejak zaman Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-Oligosen Awal mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada zaman Eosen-Oligosen, sedangkan tektonik terakhir terjadi pada zaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batu gamping.

Pada pembahasan di atas telah dijelaskan bahwa Maluku dibagi ke dalam 2 (dua) bagian, yakni utara dan selatan. Pembagian itu tentu saja menciptakan kegiatan tektonisme yang berbeda antara utara dan selatan. Maluku utara pada dasarnya dibentuk oleh dua sistem punggung yang memusat yakni:

·       Membatasi basin Sulawesi yang cembung ke timur.

·       Membatasi bagian tengah kelompok Halmahera.

Sedangkan Maluku Selatan (Busur Banda) dibatasi oleh busur dalam (adanya vulkanisme aktif) dan busur luar (bebas dari vulkanisme). Basin Banda sendiri terdiri dari bagian utara dan selatan, dimana bagian utara terletak diantara Sulawesi dan Buru sedangkan bagian selatan terletak di bagian barat dan Manuk sebelah timur. Antara Maluku utara dan Maluku selatan dipisahkan oleh sebuah punggungan yang arahnya timur-barat membujur dari lengan timur Sulawesi ke kepala burung Papua melalui banggai, sula, gomumu (sebelah selatan obi), dan misool. Ambang antara Maluku utara dan maluku selatan dalam pandangan geo tektonik merupakan batas pemisah antara sistem orogen pasifik barat dan sistem pegunungan sunda. 

          3)    Kondisi Tanah Maluku

            Maluku adalah daerah kepulauan dengan jumlah yang relatif banyak dan beragam dari pulau besar hingga kecil. Kebaragaman pulau di Maluku ini tidak sama dengan keragaman tanahnya, sebab tanah di pulau Maluku memiliki ciri yang sama yakni.

        Tanah di pulau Maluku ini berasal dari pelapukan bahan induk ultra basa dan basa, dimana itu merupakan penciri bahwa pelapukan batuan di pulau Maluku berlangsung secara leteritic yakni mengandung besi, nikel, dan kobalt, dengan warna relatif seragam yakni merah. Tekstur tanah di pulau Maluku adalah lempung dengan prosentase butir halus mencapai 94% dan hanya sedikit yang bertekstur pasir, yakni 36%. Pelapukan yang terus menerus terjadi tadi menimbulkan tubuh tanah yang tebal di bagian tengah pulau, yakni 20 meter dari permukaan tanah. Jenis tanah yang tersebar di daerah Maluku antara lain tanah mediteran, tanah podzolik, tanah kompleks, tanah latosol, tanah regosol, tanah aluvial, dan tanah podzolik alivium undak.

Komentar